Senin, 12 Agustus 2013



PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA
HARI PRAMUKA KE-52 TAHUN 2013
TINGKAT KWARTIR RANTING 11.01.15 CIMANGGU


I.             LATAR BELAKANG
Dengan penyelenggaraan upacara Hari  Pramuka ke-52 dimaksudkan untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya pendidikan Pramuka bagi kehidupan dan kemajuan  Nusa, Bangsa dan Agama.
II.         DASAR PELKSANAAN
A.   Surat Edaran Kwartir Cabang 11.01 Cilacap nomor : 049/1101-C tentang Hari Pramuka Ke-52 Tahun 2013
B.     Program Kerja Kwarran 11.01.15 Kecamatan Cimanggu tahun 2013.
C.     Rapat Pengurus Harian Kwarran Cimanggu tanggal 20 Juli 2013.
III.      TUJUAN DAN SASARAN
A.   Tujuan
1.       Memupuk dan menanamkan rasa persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan, mewariskan nilai-nilai kepramukaan kepada generasi berikutnya serta meningkatkan sumber daya manusia.
2.       Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan pramuka bagi peserta didik (Siswa/Mahasiswa) serta masyarakat.
B.   Sasaran
Mabiran, Pengurus Kwarran, Mabigus, Pembina Pramuka, Anggota Pramuka Penegak, Penggalang dan Siaga di Kwarran Cimanggu.

IV.      PELAKSANAAN
Hari                            : Rabu
Tanggal                      :14 Agustius 2013
Waktu                        : Pukul 08.00 s.d Selesai
Tempat                       : Halaman Kantor Kecamatan Cimanggu

V.         PEJABAT, PETUGAS, DAN PESERTA UPACARA
A.   PEJABAT UPACARA
1.      Pembina Upacara                    : Camat Cimanggu Selaku Ka. Mabiran
2.      Cadangan Pembina Upacara  : Ka. Kwarran Cimanggu
3.      Ajudan                                    : Joko Kusworo, S.Pd        Guru SMP N 2 Cimanggu
4.      Pemimpin Upacara                 : Yusuf Bahtiar.A, A.Ma   Guru SDN Cimanggu 01
5.      Pewara                                    : Diah Murdiyati, S.P.d     Guru SDN Bantarpanjang 01
6.      Pengatur Upacara                   : Tasmad, S.Pd.SD                        Guru SDN Rejodadi 01
B.   PETUGAS UPACARA
1.       Pengibar Bendera            :    Farid Rachman                       Guru SD Muh Cimanggu
                                                    Nur Aeni, S.Pd                       Guru SDN Rejodadi 01
                                                   Edward Fachrezal                  Guru SD Muh Cimanggu
2.         Pengucap Pancasila         :    Adi Kusnandar                       Guru SMP Diponegoro Cimanggu
3.         Pengucap UUD 1945      :    Febby Noor Asy’ari               Siswi SMP Diponegoro Cimanggu
4.         Pengucap Dasa Dharma  :    Gessa Fristi Watimena          Siswi SMP Diponegoro Cimanggu
5.         Pengucap Dwi Dharma   :    Rifenda Lulu Qolbie Q         Siswi SDN Rejodadi 01
6.         Paduan Suara                  :    Regu Koor Siswa – siswi SMP Diponegoro Cimanggu
7.         Pembaca Do’a                 :    Widiyastomo                          Guru SMP Diponegoro Cimanggu 
C.   PESERTA UPACARA
1.      Semua Guru SD/MI, SMP/MTs, SMK/SMA/MA di Desa Cimanggu, Cilempuyang, Bantarpanjang, Rejodadi dan Panimbang.
2.      Ka. Mabigus dan Pembina Pa/Pi SD/MI, SMP/MTs di Desa Pesahangan, Kutabima, Cisalak, Negerajati, Karangsari, Karangreja dan Mandala
D.   PAKAIAN
1.      Undangan
 Pakian Pramuka Lengkap
2.      Peserta
                  Pakaian Pramuka Lengkap
3.      Pejabat Upacara
                   Pembina Upacara Pramuka Lengkap
Ajudan, Pin Up, Pewara dan Pengatur Upacara pakaian seragam Pramuka lengkap
4.      Petugas Upacara
Pengibar Bendera, Pengucap Pancasila, Pengucap Pembukaan UUD’45, Pengucap Dasa Dharma dan Pengucap Dwi Dharma seragam Pramuka lengkap
Paduan Suara seragam Pramuka lengkap
E.   SUSUNAN ACARA UPACARA
A.     Persiapan
a.       Pemimpin Upacara  memasuki Lapangan Upacara.
b.       Pengambil alihan Pasukan
c.       Latihan Penghormatan
B.     Acara Pokok
a.       Pembina Upacara memasuki Lapangan Upacara.
b.       Penghormatan umum kepada Pembina Upacara oleh Pemimpin Upacara
c.       Laporan Pemimpin Upacara
d.      Menyanyikan Lagu Hymne Pramuka
e.       Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama
f.        Pengucapan Pancasila, UUD 1945, Dasa Dharma Pramuka dan Dwi Dharma
g.       Amanat Ketua Kwarnas yang dibacakan oleh Pembina Upacara
h.       Menyanyikan lagu :
v Bagimu Negeri
v Syukur
i.         Pembacaan Do’a
j.         Laporan Pemimpin Upacara
k.       Penghormatan umum,
l.         Pembina Upacara meninggalkan Lapangan Upacara
F.    LAIN – LAIN
1.       Pasukan diistirahatkan
2.       Pengumuman – pengumuman
3.       Upacara Bendera selesai, Pasukan dibubarkan


PANITIA HARI JADI KE-52 GERAKAN PRAMUKA
KWARTIR RANTING 11.01.15 CIMANGGU TAHUN 2013
KECAMATAN CIMANGGU

Ketua





PURNAMA, S.Pd
Seksi Upacara





TASMAD, S.Pd.SD

Mengetahui,

Camat Cimanggu
Selaku Pembina Upacara





Drs. ROCHMAN,M.Si.
NIP. 19710224 199101 1 001
Ketua
Kwarran 11.01.15 Kecamatan Cimanggu





RADIN, S.Pd.I
NTA. 11011500046






SUSUNAN ACARA UPACARA BENDERA
MEMPERINGATI HARI JADI KE-52 GERAKAN PRAMUKA
TANGGAL 14 AGUSTUS 2013

A.           PERSIAPAN
1.       Pemimpin Upacara memasuki Lapangan Upacara.
2.       Mengambil alihan Pasukan
3.       Latihan Penghormatan
B.          ACARA POKOK
1.       Pembina Upacara memasuki Lapangan Upacara.
2.       Penghormatan umum kepada Pembina Upacara oleh Pemimpin Upacara
3.       Laporan Pemimpin Upacara
4.       Menyanyikan Lagu Hymne Pramuka
5.       Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya
6.       Pengucapan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Dasa Dharma Pramuka dan Dwi Dharma
7.       Amanat Pembina Upacara
8.       Menyanyikan Lagu :
v  Bagimu Negeri
v  Syukur
9.       Pembacaan Do’a
10.   Laporan Pemimpin Upacara
11.   Penghormatan umum oleh Pemimpin Upacara
12.   Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara
13.   Upacara selesai pasukan dibubarkan

C.         LAIN – LAIN
1.       Pasukan diistirahatkan
2.       Pengumuman – pengumuman
3.       Upacara Bendera selesai, Pasukan dibubarkan

Senin, 29 Juli 2013

Kurikulum 2013 mulai tahun pelajaran 2013/2014 mulai diterapkan di Sekolah-sekolah yang ditunjuk. SD Inti yang melaksanakan secara utuh telah ditatar di Solo, sedangkan SD yang hanya melaksanakan uji coba di diklat di kabupaten masing-masing, hasil dari diklat belum mencapai tahap maksimal, karena hanya tiga hari diklat, jelas belum mampu mengupas seluruh isi perut kurikulum 2013. Hanya bekal CD berisi segudang materi Kurikulum 2013. 
Untuk itulah maka kami tim Pelaksana Kurikulum 2013 di SD Rejodadi 01 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Jawa Tengah mencoba menayangkan salah satu hasil yang dipandang penting dari pelatihan Kurikulum 2013, berupa tata cara penyusunan dan Draf Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Kurikulum 2013. Dapat di unduh pada link di bawah ini.

Minggu, 21 Juli 2013

Situ Bagendit (cerita rakyat jawa barat)
Sebelah Utara kota Garut terdapat sebuah Situ yang bernama Situ Bagendit. Indahnya alam situ ini telah membuat Situ Bagendit terkenal sebagai tempat rekreasi yg menyenangkan.
Konon beribu-ribu tahun yang lalu sebelum Situ Bagendit menjadi “Situ”, tempat itu merupakan dataran desa yg subur dan seorang janda kaya bernama Nyi Endit yg paling berkuasa dan ditakuti di desa tersebut.
Kekayaan yg berlimpah-limpah ia gunakan untuk modal dipinjamkan kepada penduduk dengan bunga yg amat tinggi. Untuk keamanan pribadinya, Nyi Endit memelihara beberapa orang jago sebagai tukang kepruk. Jago-jago itu selain bertindak sebagai pengawal pribadi Nyi Endit, juga bertugas sebagai “penagih paksa” mereka yg meminjam uangnya dan pada waktunya tak mau membayar utangnya.
Apabila musim panen tiba, dihalaman rumah Nyi Endit (yg lebih pantas disebut istana) penuh padat oleh hasil pertanian, terutama padi.
Pada suatu ketika datang musim kemarau yg amat panjang, yg mengakibatkan musim paceklik pun tiba, yg menyengsarakan petani-petani yg hidupnya sudah amat melarat. Dalam tempo yg singkat, penyakit kelaparan menghantui penduduk. Hampir setiap hari selalu ada kabar kematian penduduk karena kelaparan.
Tapi keadaan di istana tuan tanah dan lintah darat Nyi Endit justru sebaliknya. Hampir seminggu sekali pesta-pesta bersama sanak keluarga dan kerabatnya tetap diselenggarakan.
“saudara-saudara makan dan minumlah sepuas hati….. Malam ini kita rayakan keuntungan besar yg ku peroleh dari hasil panen tahun ini..” kata Nyi Endit sambil tersenyum di depan tamu-tamunya.
Tiba-tiba ditengah pesta itu muncul pengawal Nyi Endit dan menghadap perempuan itu.
“Nyai, diluar ada pengemis yg maksa ingin masuk ruangan untuk minta sedekah..”
“apa? Pengemis? Tak ada sedekah yg aku berikan….. Usir dia..!” teriak Nyi Endit.
Tapi ternyata yg dimaksud pengemis itu sudah ada di ruangan itu.
“nyi endit, kau memang benar-benar manusia kejam” kata pengemis tua itu.
“mau apa kau pengemis busuk? Pergi kau dari tempatku..!” dengan gusar Nyi Endit membentak.
Namun pengemis itu tetap diam tak beranjak dari tempatnya. Kemudian ia berkata:
“tak mau memberi sedekah kepada manusia melarat macam aku?! Hmm… Sungguh berkutuk hidupmu Nyi Endit..! Kau tega berpesta pora di tengah-tengah rakyat kelaparan dan sekarat karena darahnya setiap hari kamu hisap. Betul-betul kau lintah darat terlaknat..!!”
Mendengar ucapan pengemis tua itu Nyi Endit menjadi geram.
“binatang..! Anak-anak ayo kepruk dan cincang keledai tua itu..!” teriak Nyi Endit menyuruh pengawalnya.
Serentak keempat pengawal Nyi Endit itu mencabut goloknya masing-masing dan menyerbu pengemis tua itu. Tapi dalam sekali gebrak keempat pengawal itu terlempar jatuh hingga beberapa meter.
Nyi Endit dan semua tamu yg hadir menjadi sangat terkejut, tak menduga si pengemis itu memiliki kepandaian yg hebat.
“nyi endit, baiklah. Sebelum aku meninggalkan istanamu, karena ternyata kau tak mau berbaik hati kepadaku dan manusia-manusia melarat lainnya. Aku ingin memberikan pertunjukan padamu” kata pengemis itu seraya menancapkan sebatang ranting ke lantai. “Nah sekarang cabutlah kembali ranting ini, bila tak sanggup kau boleh mewakilinya kepada orang lain..! Bila kalian bisa mencabutnya, betul-betul kalian adalah orang yg paling mulia di dunia ini..!!!”
Nyi Endit masih memandang enteng pengemis itu, tapi ia merasa penasaran untuk mencabut ranting itu. Maka disuruh pengawalnya yg berbadan cukup kekar untuk mencabutnya.
“he…he…he…he… Baik nyai, kukira tak ada sulitnya” kata pengawal itu dengan sombong. Namun walau ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencabut rating itu, sungguh ajaib rating itu tidak tercabut sesenti pun.
“nyi endit, ternyata andalanmu yg kau bayar mahal itu tak berarti apa-apa bagimu. Lihatlah aku dengan mencabutnya…!!”.
Setelah berkata demikian, pengemis itu dengan mudah mencabut rating kayu itu. Dan dari lubang bekas rating itu tertancap memancarkan air dengan derasnya….
“nyi endit, sudah saatnya kau mendapat hukuman karena dosa-dosamu memeras penduduk” kata pengemis itu, kemudian secara samar-samar ia lenyap. Menghilang entah kemana.
Dan kemudian terdengar ledakan hebat dibarengi dengan menggelegaknya air yg keluar dari dalam tanah. Sementara diluar turun hujan dengan lebatnya, diselingi guncangan-guncangan gempa bumi yg seakan akan menarik desa itu kedalam perut bumi.
Dengan sekejap desa Nyi Endit yg malang itu sudah tergenangair bagai sebuah danau kecil yg baru terbentuk. Sementara penduduk lainnya selamat. Karena sebelum mala petaka itu terjai seorang pengemis misterius telah memberi tahu mereka supaya segera mengungsi, karena akan terjadi malapetaka dan banjir besar.
Demikianlah cerita tentang situ bagendit. Nama ini mungkin di ambil dari nama Nyi Endit, agar orang-orang selalu sadar dan ingat akan nasib manusa yg tamak, kikir dan serakah dengan memeras orang lain.
Menurut sebagian orang di Situ Bagendit, kini hidup seekor lintah sebesar kasur. Katanya itu jelmaan Nyi Endit..

Timun Emas


Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.


ASAL USUL DANAU TOBA
Cerita Rakyat Sumatra
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

ASAL USUL TANGKUBAN PERAHU
 Cerita Rakyat Jawa Barat

Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini ceritanya.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

Kisah Ande-Ande Lumut (Cerita Rakyat Jawa Timur)

Dahulu kala, ada dua buah kerajaan,  Kediri dan Jenggala. Kedua kerajaan itu berasal dari sebuah kerajaan yang bernama Kahuripan. Raja Erlangga membagi kerajaan itu menjadi dua untuk menghindari perang saudara. Namun sebelum meninggal raja Erlangga berpesan bahwa kedua kerajaan itu harus disatukan kembali.

Maka kedua raja pun bersepakat menyatukan kembali kedua kerajaan dengan menikahkan putera mahkota Jenggala, Raden Panji Asmarabangun dengan puteri Kediri, Dewi Sekartaji.

Ibu tiri Sekartaji, selir raja Kediri, tidak menghendaki Sekartaji menikah dengan Raden Panji karena ia menginginkan puteri kandungnya sendiri yang nantinya menjadi ratu Jenggala. Maka ia menyekap dan menyembunyikan Sekartaji dan ibunya.

Pada saat Raden Panji datang ke Kediri untuk menikah dengan Sekartaji, puteri itu sudah menghilang. Raden Panji sangat kecewa. Ibu tiri Sekartaji membujuknya untuk tetap melangsungkan pernikahan dengan puterinya sebagai pengganti Sekartaji, namun Raden Panji menolak.

Raden Panji kemudian berkelana. Ia mengganti namanya menjadi Ande-Ande Lumut. Pada suatu hari ia tiba di desa Dadapan. Ia bertemu dengan seorang janda yang biasa dipanggil Mbok Randa Dadapan. Mbok Randa mengangkatnya sebagai anak dan sejak itu ia tinggal di rumah Mbok Randa.

Ande-Ande Lumut kemudian minta ibu angkatnya untuk mengumumkan bahwa ia mencari calon isteri. Maka berdatanganlah gadis-gadis dari desa-desa di sekitar Dadapan untuk melamar Ande-Ande Lumut. Tak seorangpun ia terima sebagai isterinya.

Sementara itu, Sekartaji berhasil membebaskan diri dari sekapan ibu tirinya. Ia berniat untuk menemukan Raden Panji. Ia berkelana hingga tiba di rumah seorang janda yang mempunyai tiga anak gadis, Klething Abang, Klething Ijo dan si bungsu Klething Biru. Ibu janda menerimanya sebagai anak dan diberi nama Klething Kuning.

Klething Kuning disuruh menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dari membersihkan rumah, mencuci pakaian dan peralatan dapur. Pada suatu hari karena kelelahan Klething Kuning menangis. Tiba-tiba datang seekor bangau besar. Klething Kuning hampir lari ketakutan. Namun bangau itu berkata, “Jangan takut, aku datang untuk membantumu.”

Bangau itu kemudian mengibaskan sayapnya dan pakaian yang harus dicuci Klething Kuning berubah menjadi bersih. Peralatan dapur juga dibersihkannya. Setelah itu bangau terbang kembali.

Bangau itu kembali setiap hari untuk membantu Klething Kuning. Pada suatu hari bangau menceritakan tentang Ande-Ande Lumut kepada Klething Kuning dan menyuruhnya pergi melamar.

Klething Kuning minta ijin kepada ibu angkatnya untuk pergi ke Dadapan. Ibunya mengijinkan ia pergi bila pekerjaannya sudah selesai. Ia pun sengaja menyuruh Klething Kuning mencuci sebanyak mungkin pakaian agar ia tidak dapat pergi.

Sementara itu ibu janda mengajak ketiga anak gadisnya ke Dadapan untuk melamar Ande-Ande Lumut. Di perjalanan mereka tiba di sebuah sungai yang sangat lebar. Tidak ada jembatan atau perahu yang melintas. Mereka kebingungan. Lalu mereka melihat seekor kepiting raksasa menghampiri mereka.

“Namaku Yuyu Kangkang. Kalian mau kuseberangkan?”

Mereka tentu saja mau.

“Tentu saja kalian harus memberiku imbalan.”

“Kau mau uang? Berapa?” tanya ibu janda.

“Aku tak mau uangmu. Anak gadismu cantik-cantik. Aku mau mereka menciumku.’

Mereka terperanjat mendengar jawaban Yuyu Kangkang. Namun mereka tidak mempunyai pilihan lain. Akhirnya mereka setuju. Kepiting raksasa itu menyeberangkan mereka satu persatu dan mereka pun memberikan ciuman sebagai imbalan.

Sesampainya di rumah mbok Randa, mereka minta bertemu dengan Ande-Ande Lumut.

Mbok Randa mengetuk kamar Ande-Ande Lumut, katanya, “Puteraku, lihatlah, gadis-gadis cantik ini ingin melamarmu. Pilihlah satu sebagai isterimu.”

“Ibu,” sahut Ande-Ande Lumut, “Katakan kepada mereka, aku tidak mau mengambil kekasih Yuyu Kangkang sebagai isteriku.”

Ibu Janda dan ketiga anak gadisnya terkejut mendengar jawaban Ande-Ande Lumut. Bagaimana pemuda itu tahu bahwa mereka tadi bertemu dengan kepiting raksasa itu? Dengan kecewa mereka pun pulang.

Di rumah, Klething Kuning sudah menyelesaikan semua tugasnya berkat bantuan bangau ajaib. Bangau itu memberinya sebatang lidi.

Ketika ibu angkatnya kembali Klething Kuning sekali lagi meminta ijin untuk pergi menemui Ande-Ande Lumut. Ibu angkatnya terpaksa mengijinkan, namun ia sengaja mengoleskan kotoran ayam ke punggung Klething Kuning.

Klething Kuning pun berangkat. Tibalah ia di sungai besar. Kepiting raksasa itu mendatanginya untuk menawarkan jasa membawanya ke seberang sungai.

“Gadis cantik, kau mau ke seberang? Mari kuantarkan,” kata Yuyu Kangkang

“Tidak usah, terima kasih” kata Klething Kuning sambil berjalan menjauh.

“Ayolah, kau tak perlu membayar,” Yuyu Kangkang mengejarnya.”Cukup sebuah ci... Aduh!”

Klething Kuning mencambuk Yuyu Kangkang dengan lidi pemberian bangau. Kepiting raksasa itu pun lari ketakutan.

Klething Kuning kemudian mendekati tepi air sungai dan menyabetkan lidinya sekali lagi. Air sungai terbelah, dan ia pun bisa berjalan di dasar sungai sampai ke seberang.

Klething Kuning akhirnya tiba di rumah Mbok Randa. Mbok Randa menerimanya sambil mengernyitkan hidung karena baju Klething Kuning bau kotoran ayam. Ia pun menyilakan gadis itu masuk lalu ia pergi ke kamar Ande-Ande Lumut.

“Ande anakku, ada seorang gadis cantik, tetapi kau tak perlu menemuinya. Bajunya bau sekali, seperti bau kotoran ayam. Biar kusuruh ia pulang saja.”

“Aku akan menemuinya, Ibu,” kata Ande-Ande Lumut.

“Tetapi... ia...,” sahut Mbok Randa.

“Ia satu-satunya gadis yang menyeberang tanpa bantuan Yuyu Kangkang, ibu. Ialah gadis yang aku tunggu-tunggu selama ini.”

Mbok Randa pun terdiam. Ia mengikuti Ande-Ande Lumut menemui gadis itu.

Klething Kuning terkejut sekali melihat Ande-Ande Lumut adalah tunangannya, Raden Panji Asmarabangun.

“Sekartaji, akhirnya kita bertemu lagi,” kata Raden Panji.

Raden Panji kemudian membawa Dewi Sekartaji dan Mbok Randa Dadapan ke Jenggala. Raden Panji dan Dewi Sekartaji pun menikah. Kerajaan Kediri dan Jenggala pun dipersatukan kembali.

Cerita Rakyat Jawa Timur

ASAL MULA KOTA SURABAYA

Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.
“Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura.
“Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rertcana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.
“Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnyadi dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!”
“Baik aku setujui gagasanmu itu!” kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memarig tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair.
Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.
“Apa? Sungai itu ‘kari tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.
“Tidak bisa. Aku “kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.
“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”
“Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.
“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.
“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.
“Berkelahi lagi, siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigiut ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan buaya.
Namun adajugayang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti selamat menghadapi bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangah tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan sepereti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopmber 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.
Di jaman sekarang, pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kala musim penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Di musim kemarau kadangkala tenpat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya.